Ensiklopedia ilmu yang menyatukan berbagai disiplin ilmu untuk dunia yang lebih baik.
 

Peran Generasi Muda sebagai Eco-Hero dalam Mengatasi Permasalah Limbah Sampah

Dewasa ini sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat serius yang dihadapi masyarakat pada umumnya. Bisa dikatakan sampah setiap hari dihasilkan. Diyakini bahwa pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan perilaku konsumsi mengakibatkan pertambahan volume dan jenis sampah dari tahun ke tahun. Diperkirakan rata-rata orang di Indonesia menghasilkan ± 0,5 kg sampah per hari

Untuk ikut ambil peran mengatasi permasalah terkait sampah, seorang Mahasiwa dari Universitas Hasanuddin Makassar membagikan idenya tentang bagaimana sih peran generasi muda sebagai eco-hero dalam mengatasi masdalah limbah sampah. Penasaran bukan gimana tulisannya? yuk simak selengkapnya.

Abstrak

Sampah yang didefinisikan sebagai hasil dari aktivitas manusia atau hewan berupa padatan kemudian dibuang karena tidak dibutuhkan lagi. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari tahun ke tahun tetapi tidak diiringi dengan kesadaran dalam pengelolaan sampah yang baik dan juga terkendala dalam ketersediaan sarana dan prasarana sehingga perlu adanya inovasi kreatif yang dapat dimulai dari diri sendiri.

Anak muda atau millennial yang memiliki pemikiran yang lebih terbuka, kritis, dan inovatif ditambah lagi generasi ini lebih memahami teknologi sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk berperan aktif dalam menjawab permasalan lingkungan yang terjadi kini. Hal tersebut tentu akan membantu dalam mencapai keberhasilan salah satu program besar pemerintah saat ini yaitu SDG’ S (Sustainable Development Goals), SDGs memiliki 17 tujuan yang dimana poin terhadap isu lingkungan cukup banyak diangkat. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengulik peran anak muda dalam mengatasi permasalahan limbah sampah yang ada.

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi pustaka. Hasil yang diperoleh bahwa generasi muda memiliki peranan yang cukup penting dalam mengatasi permasalahan limbah sampah menggunakan inovasi teknologi sederhana hingga canggih yang dapat menjadikan Indonesia bertransformasi ke arah yang lebih baik dalam pembangunan berkelanjutan.

Inovasi Teknologi Masa Depan: Peran Inovatif Generasi Muda sebagai Eco-Hero dalam Mengatasi Permasalah Limbah Sampah untuk Mencapai Keberhasilan Program SDG’s

Pendahuluan

Dari tahun ke tahun populasi penduduk di dunia makin meningkat tak terkecuali di negara kita Indonesia, yang menempati posisi ke-4 populasi terbanyak di dunia. Dengan meningkatnya populasi, masalah yang ditimbulkan pun semakin beragam mulai dari aspek kesehatan, ketenagakerjaan, pendidikan, pembangunan, hingga lingkungan.

Permasalahan lingkungan hidup saat ini menjadi hal yang marak dibicarakan masyarakat dunia. Bukan hal yang positif yang menjadi perbincangan tersebut, melainkan hal yang membawa dampak negatif dan sangat merugikan, seperti penggundulan hutan, lahan krisis, menipisnya lapisan ozon, pemanasan global, tumpahan minyak di laut, dan ikan-ikan mati di anak sungai karena zat-zat kimia.

Selain itu, permasalahan lingkungan hidup yang mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan adalah permasalahan penggunaan barang plastik sekali pakai sehingga menimbulkan penumpukan limbah sampah plastik (Krisyantia, dkk, 2020).

Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup (Korten dan Rudi 1984).

Muara dari semua masalah lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup (Muhamad Erwin, 2008: 36).

Dikutip dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, Indonesia masuk urutan kedua penyumbang sampah plastik sejagat pada tahun 2019 dengan 3,21 Juta metrik ton/tahun, sedangkan di urutan pertama China dengan 8,81 juta metrik ton/tahun (Voi, 2022). Volume sampah makin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan volume sampah bukan hanya karena meningkatnya jumlah penduduk semata, tetapi juga disebabkan oleh meningkatnya ekonomi dan kegiatan penduduk.

Di Canada rata-rata setiap orang menghasilkan sampah rumah tangga 1,8 – 2 kg per hari. Di Amerika Serikat, produksi sampah rumah tangga per kapita 1,6 Kg per hari, di Swiss 1,1 Kg/hari, di Norwegia 0,77 Kg/hari. Di Indonesia menurut penelitian Pusat Lingkungan Hidup ITB, rata-rata rumah tangga menghasilkan 2,5 kg sampah per hari (Sudarto, 2000).

Jumlah yang ditimbulkan dari limbah sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton/hari yang setara dengan 64 juta ton/tahun yang sampai saat ini pengelolaannya dilakukan dengan cara diangkut dan ditimbun di TPA sebanyak 69%, dikubur 10%, dikompos dan didaur ulang 7%, dibakar 5%, dan sisanya tidak terkelola 7%. Dari data tersebut terlihat saat ini pengelolaan sampah masih terkonsentrasi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah tanpa melalui proses 3R (reduce, recycle, re-use) (Widowati, 2019).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2018), hanya 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya. Sementara sekitar 66,8% rumah tangga menangani sampah dengan cara dibakar. Padahal asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah organik bisa menimbulkan polusi udara dan mengganggu kesehatan. Sebanyak 32% rumah tangga memilih cara lain untuk menangani sampah yang salah satunya dengan membuangnya ke sungai. Selain itu, sampah juga akan berdampak bagi lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Sampah yang berserakan di lingkungan akan menimbulkan pemandangan yang buruk (Yunita, 2013).

Pembangunan kawasan pemukiman, industri atau perkebunan sering mengabaikan kelestarian lingkungan hayati & hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi semata. Hal ini perlu menjadi perhatian serius terutama pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintahan yang harus memberikan penegakan hukum yang tegas kepada sektor manapun terlebih kepada sektor yang sangat rentan dalam melakukan pencemaran lingkungan, tak lupa juga kesadaran masyarakat yang perlu ditingkatkan karena kitalah yang merupakan tokoh utama dalam penghasil limbah sampah ini.

Lebih lanjut, kesalahan pengelolaan lingkungan paling tidak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, masalah ekonomi, pola hidup, kelemahan sistem peraturan perundangan dan lemahnya pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran dan perusakan terhadap lingkungan.

Namun demikian masih belum dirasakan secara nyata tindakan hukum yang diberikan terhadap pelaku pencemaran lingkungan (Herlina, 2017). Saat ini pemerintah memiliki program besar dalam mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia termasuk limbah sampah bersama berbagai negara yaitu program SDG’s (Sustainable Development Goals).

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 pada bulan September 2015 di New York, Amerika Serikat, menjadi titik sejarah baru dalam pembangunan global. Sebanyak 193 kepala negara dan pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda pembangunan universal baru yang tertuang dalam dokumen berjudul Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development— berisi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030.

Dokumen ini dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals atau SDGs. SDGs merupakan kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh negara anggota PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015 (Panuluh. dkk, 2016).

SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Bappenas, 2020).

17 tujuan di atas dibagi kembali menjadi 4 pilar yaitu pilar pembangunan sosial (5 Tujuan), Pembangunan ekonomi (5 Tujuan), pembangunan lingkungan (6 Tujuan) serta pembangunan hukum dan tata kelola (1 Tujuan). Tampak dari uraian tersebut bahwa isu lingkungan merupakan pilar dengan tujuan terbanyak (6 Tujuan) yaitu dalam Tujuan 6 tentang air dan sanitasi, Tujuan 11 tentang kota dan pemukiman, Tujuan 12 tentang produksi dan konsumsi pangan, Tujuan 13 tentang perhubahan iklim, Tujuan 14 tentang kelautan, dan Tujuan 15 tentang darat.

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa dalam beberapa tujuan lainnya, terdapat juga keterkaitan yang erat dengan isu lingkungan hidup. (Budiantoro, 2017). Untuk mengakselerasi pencapaian SDG’s dibutuhkan teknologi dan peran berupa inovasi dari generasi muda. Kedua hal ini dapat menjadi pendukung yang kuat dalam menyukseskan program pembangunan keberlanjutan. Penggunaan teknologi bertujuan membantu manusia dalam melaksanakan aktivitas, khususnya untuk hal-hal yang tidak mampu dijangkau dengan hanya mengandalkan “tangan kosong” (Budiyono, 2020).

Definisi teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia (Jacques Ellul, 1967).

Teknologi dapat dimanfaatkan dalam segala aspek, untuk mempercepat suatu produktivitas, salah satu contohnya sebagai alat yang mendukung tercapainya program SDGs dengan berbagai metode seperti pemanfaatan teknologi pada bidang informasi yaitu turut menyebarkan dan mengedukasi mengenai SDGs ke semua lapisan masyarakat, teknologi mesin yang membantu dalam mempercepat proses pembangunan sektor-sektor vital di dalam negara.

Teknologi yang dalam penggunaanya lebih didominasi oleh generasi muda, seperti yang kita ketahui bahwa generasi muda yakni millennial ataupun gen-Z merupakan generasi yang sangat akrab dengan teknologi dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka juga lebih cepat dalam memahami perubahan pada teknologi.

Di era sekarang, pemuda menjadi kekuatan ekonomi dan tulang punggung pembangunan negara. Penduduk yang berstatus pemuda di saat ini, akan mendominasi populasi dalam bonus demografi yang diperkirakaan mencapai puncaknya pada pada 2030-2040. Sesuai dengan prinsip inklusivitas SDGs bahwa tidak ada satupun yang tertinggal (no one left behind), pemuda menjadi bagian dalam target pencapaian SDGs. Namun, posisi pemuda diharapkan tidak hanya sebagai target/penerima manfaat, tetapi dapat dioptimalkan sebagai subjek/pelaku pembangunan.

Hal ini sangat tepat dalam menggambarkan semangat no one left behind. pemuda punya potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan. Sifat pemuda yang selalu ingin tahu, rasa penasaran yang tinggi, kemauan belajar yang besar,

Pemuda juga optimistis dalam memandang keberagaman. Menurut IDN Research Institute dalam Indonesia Millenial Report 2019, 81.5% pemuda Indonesia mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 81.4% mendukung Pancasila sebagai ideologi negara.

Menurut IDN Research Institute, 79% pemuda Indonesia memeriksa memeriksa ponsel pintar mereka dalam satu menit setiap kali mereka bangun tidur di pagi hari. Ini menandakan mereka sangat bergantung pada teknologi dan mendukung pengembangan teknologi yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi (Tanoto Foundation.com, 2020).

Pemuda juga sangat melekat dengat sifat kritis mereka dalam menanggapi suatu permasalahan, dan inovatif dalam menciptakan sebuah solusi. Jika dibekali dengan keterampilan dan kemampuan yang baik, pemuda bisa menjadi kunci dalam kesuksesan pencapaian SDGs. Akses terhadap pendidikan berkualitas serta pembangunan karakter sebagai pemimpin masa depan adalah salah satu dukungan yang dibutuhkan pemuda. (Tanoto Foundation.com, 2020).

Metode

Metode pada penulisan artikel menggunakan studi kepustakaan, yaitu berisi teori-teori yang relevan terkait dengan masalah. Judul artikel ini adalah Peran Inovatif Generasi Muda Sebagai Eco-hero Dalam Mengatasi Permasalahan Limbah Sampah Untuk Mencapai Keberhasilan Program SDG’s. Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai ide, konsep, dan dasar permasalahan berdasarkan literatur yang tersedia, dimana sumber literatur adalah artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, artikel online yang bersumber dari badan organisasi, dan buku.

Kajian pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian (Sujarweni, 2014). Kajian pustaka sangat dibutuhkan oleh seseorang yang melakukan penelitian untuk mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis, sehingga mendukung dalam obyek masalah yang hendak teliti.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam menyusun artikel yaitu menentukan dan merumuskan dasar permasalahan yang kemudian dijadikan sebuah gagasan, menentukan fokus penelitian, mengumpulkan data-data yang relevan dengan obyek masalah, verifikasi dan analisis kevalidan data, mengolah data lalu penyusunan dalam bentuk artikel.

Hasil atau Pembahasan

Artikel ini memiliki fokus kepada peranan generasi millennial dan gen-Z dalam mengatasi limbah sampah secara kreatif menggunakan ataupun memanfaatkan teknologi baik teknologi sederhana maupun canggih sehingga dapat dijadikan inovasi bagi (penerus) masa depan. Banyak dari kalangan generasi muda memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap isu lingkungan di Indonesia. Kita dapat melihatnya dengan berbagai aksi yang dilakukan baik dalam bentuk yang individual maupun kelompok. Generasi millennial dan gen-Z juga sering menggunakan media sosial dalam berperan sebagai eco-hero mengatasi limbah sampah.

Berikut ini penulis memberikan salah satu contoh generasi millenial yang berkontribusi dengan cara yang unik dalam mengelola barang yang tak terpakai menjadi item fashion yang fungsional juga menarik. Beliau adalah Wira Laga Bachtiar salah satu sosok inpiratif yang bergerak dalam dunia fashion dengan meng-upcycle barang yang tak terpakai menjadi ataupun meng-upcycle barang thrift menjadi item yang fungsional tetapi lebih fashionable

Akun TikTok Wira Laga yang kerap membagikan ide-ide kreatifnya dalam upcycle barang yang tak terpakai (tiktok: @wiralagabae)

Wira Laga Bachtiar merupakan salah satu konten kreator muda yang kontennya sangat menginspirasi, dimana barang-barang yang tak terpakai atau barang bekas ia mengubahnya menjadi sesuatu yang sangat unik dan dapat terbilang mewah. Latar belakang keluarga penjahit menjadikannya cukup lihai dalam jahit-menjahit dan hobbynya berbelanja barang bekas atau istilahnya thrifting dapat menyulap menjadi barang bekas menjadi barang yang unik, seperti yang ia ceritakan lewat akun youtube

Awal mula yang menjadikannya sebagai konten kreator upcycle barang bekas branded yaitu pertamakali menggunggah video ia mengubah kaos brand ternama yaitu Balenciaga hasil dari thriftingnya menjadi topi yang sangat keren di akun TikTok, banyak netizen yang memberikan komentar positif hingga bertanya apakah topi tersebut dijual olehnya atau tidak.

Dari komentar positif netizen, sehingga ia terinsiprasi untuk kembali membuat konten-konten upcycle barang branded bekas menjadi sesuatu yang fungsional dan juga lebih fashionable. Hingga saat ini ia memiliki pengikut di akun TikTok sebanyak 121.500 yang dominan followersnya juga kaum millenial. Ada juga kontennya yang paling terkenal ia meng-upcycle paperbag dari salah satu fastfood terkenal yaitu McD yang ditonton hingga 3 juta kali. Pada video tersebut ia mengubah paperbag McD menjadi tas dengan model yang terinspirasi dari salah satu brand ternama yaitu Balenciaga.

Pada perbincangannya di akun Youtube Tribunews ia juga mengatakan bahwa bila ada niat untuk melakukannya, maka semua akan ada jalannya. Hal ini secara tidak langsung Wira Laga mengajak para viewresnya yang kita lihat dominannya dari kalangan anak muda untuk berkontribusi dalam mengupcycle barang dengan cara yang inovatif dan juga kreatif, jika hal tersebut di seriuskan dapat menjadi peluang usaha baru untuk kita.

Pada kesempatan yang lain, kita juga dapat melihat generasi muda yang berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat dengan memanfaatkan teknologi media sosial yakni aplikasi Instagram, komunitas tersebut bernama aksikitaindonesia, dimana kontennya berisi informasi tentang lifehacks untuk menjaga kelestarian lingkungan misalnya saja pada salah satu kontennya air rebusan telur dapat disiram untuk ditanaman sebagai nutrisi bagi tanaman tersebut.

Video lifehacks air rebusan telur untuk menutrisi tanaman (ig: @aksikitaindonesia).

Pada video tersebut menjelaskan bahwa air bekas rebusan telur dapat dijadikan sebagai nutrisi bagi tanaman karena air rebuan telur mengandung kalsium yang baik untuk menjaga pH tanah dan merangsang pertumbuhan tanaman. Dari konten-kontennya yang dikemas secara menarik dengan bahasa yang santai, dan juga tutorial yang sederhana, sehingga penonton dapat menerapkannya dengan mudah dirumah.

Ada juga salah satu akun media sosial anak muda yang juga concern terhadap permasalahan lingkungan dengan mendirikan eco-friendly mart, komunitas tersebut bernama bumijo.id, dimana komunitas ini menjual item-item rumah tangga yang ramah terhadap lingkungan misalnya pada produk rumah tangga loofah, spons cuci piring yang dapat menggantikan spons yang biasanya digunakan, karena spons biasa pada umumnya memiliki jangka waktu tertentu dalam pemakaiannya dan akan dibuang jika telah rusak dan seperti yang kita ketahui bahwa material dari spons akan sangat susah terurai dan kemudian akan mencemari lingkungan, dengan produk loofah ini dapat dijadikan sebagai kompos jika barang tersebut sudah tidak digunakan.

Komunitas ini juga menjual produk sabun, sampo, dan detergen yang berbahan natural. Dengan begitu selain mendapatkan keuntungan dalam berbisnis ini juga sebagai bukti dalam kontribusi anak muda dalam mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia.

Akun Instagram Bumijo yang menjual produk eco-friendly (IG: @bumijo.id)

Dan terakhir penulis menyajikan salah satu kontribusi yang dari generasi muda yang cukup inovatif yaitu aplikasi Mallsampah. Mall sampah merupakan salah satu start-up yang menggunakan teknologi digital dibangun oleh anak muda Indonesia bernama Adi Saifulah Putra. Mallsampah didirikan oleh dua mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) pada tahun 2015 yang berawal dari project dua pendirinya, yakni Adisaifullah Putra dan Muhammad Faris. Tahun 2017 resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pendirian Mall Sampah berfungsi sebagai layanan pengolahan sampah online untuk rumah dan kantor.

Tampilan Mallsampah

Mallsampah menghubungkan masyarakat dengan pengepul dan pemulung di sekitar. Sehingga mudah menjual atau mengolah sampah yang bisa bernilai ekonomi bagi masyarakat (klikhijau.com).

Mallsampah yang memiliki misi menyediakan daur ulang bagi semua orang. Berawal dari sebuah masalah yaitu puluhan juta ton sampah dihasilkan setiap tahun, sementara angka daur ulang nasional masih dibawah 10%. Sebagian besar sampah akan berakhir di TPA, atau dibuang ke laut. Dari permasalahan tersebut lahirlah Mallsampah sebagai salah satu inovasi anak negeri yang merangkul 3000.000+ lebih pengepul dan pemulung yang tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk jenis layanannya ada 4 yaitu pertama, pick-up kamu bisa foto sampah yang ingin didaur ulang kemudian upload ke aplikasi Mallsampah, kolektor terdekat akan datang menjemput, menimbang dan
membayar sampahmu, yang kedua drop-off jenis ini kamu mengantarkan sampahmu langsung ke recycling centre terdekat, ketiga MS Point dimana kamu mengkonversikan sampahmu menjadi mata uang digital yang dapat dibelanjakan atau ditukarkan dengan produk menarik dan yang keempat MS Bills yaitu kamu menukarkan sampahmu dengan beragam produk digital seperti token listrik, pulsa, PDAM, BPJS, dan lain-lain.

Kita juga dapat berkontribusi dalam Mallsampah sebagai mitranya, ada berbagai tawaran program seperti pengepul, pemilik Gudang sortir, agen Mallsampah, Bank sampah, Gudang akhir. Untuk Beralih dari sedotan plastik ke sedotan stainless steel. Untuk lebih lengkapnya kita dapat melihat melihatnya di website Mallsampah.com atau mendownload aplikasinya.

Dari hasil penyajian di atas kita dapat melihat bahwa generasi muda memiliki andil yang cukup besar sebagai eco-hero dalam mengatasi permasalahan limbah sampah di Indonesia, dengan cara mereka yang kreatif dan inovatif, banyak dari anak muda juga mulai perlahan untuk hidup zero-waste misalnya anak muda yang sangat identik dengan nongkrong di kedai minuman yang dulunya suka membeli minuman menggunakan gelas dan sedotan plastik kini beralih membawa tumbler sendiri dan menggunakan sedotan stainless steel, membeli produk kecantikan yang ramah lingkungan misalnya kapas digantikan dengan kapas berbahan kain, pembalut biasa digantikan dengan pembalut kain, sabun dan sampo yang biasa digantikan dengan sabun dan sampo yang berbahan natural sehingga ramah lingkungan, tidak meyisakan makanan karna kita tahu bahwa menyisakan makanan dapat membuat emisi gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, mendaur ulang sampah organic, dan hal kecil lainnya.

Dengan kebiasaan kecil yang baik ini merupakan salah satu bentuk inovasi sederhana yang dapat menyelamatkan bumi kita dari limbah sampah, sehingga secara tidak langsung juga kita telah menyukseskan program pemerintah kita yaitu SDG’s dalam isu lingkungan.

Kredit:

  • Salsabila Rizqie Amalia. 30 Juli 2022. INOVASI TEKNOLOGI MASA DEPAN: PERAN INOVATIF GENERASI MUDA SEBAGAI ECO-HERO DALAM MENGATASI PERMASALAHAN LIMBAH SAMPAH UNTUK MENCAPAI KEBERHASILAN PROGRAM SDG’ s. Disertakan pada Lomba Menulis Kreatif Nasional, AMIKOM 2022.
Bagikan artikel ini